BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 23 Agustus 2010

agriculture and environment


Pertanian organik yang semakin berkembang belakangan ini menunjukkan adanya kesadaran petani dan berbagai pihak yang bergelut dalam sektor pertanian akan pentingnya kesehatan dan keberlanjutan lingkungan. Revolusi hijau dengan input bahan kimia memberi bukti bahwa lingkungan pertanian menjadi hancur dan tidak lestari. Pertanian organik kemudian dipercaya menjadi salah satu solusi alternatifnya.
Pengembangan pertanian organik secara teknis harus disesuaikan dengan prinsip dasar lokalitas. Artinya pengembangan pertanian organik harus disesuaikan dengan daya adaptasi tumbuh tanaman/binatang terhadap kondisi lahan, pengetahuan lokal teknis perawatannya, sumber daya pendukung, manfaat sosial tanaman/ binatang bagi komunitas.
Pertanian organik memandang alam secara menyeluruh, komponennya saling bergantung dan menghidupi, dan manusia adalah bagian di dalamnya. Prinsip ekologi dalam pertanian organik didasarkan pada hubungan antara organisme dengan alam sekitarnya dan antarorganisme itu sendiri secara seimbang. Pola hubungan antara organisme dan alamnya dipandang sebagai satu – kesatuan yang tidak terpisahkan, sekaligus sebagai pedoman atau hukum dasar dalam pengelolaan alam, termasuk pertanian.
Dalam pelaksanaannya, sistem pertanian organik sangat memperhatikan kondisi lingkungan dengan mengembangkan metode budi daya dan pengolahan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Sistem pertanian organik diterapkan berdasarkan atas interaksi tanah, tanaman, hewan, manusia, mikroorganisme, ekosistem, dan lingkungan dengan memperhatikan keseimbangan dan keanekaragaman hayati. Sistem ini secara langsung diarahkan pada usaha meningkatkan proses daur ulang alami daripada usaha merusak ekosistem pertanian (agroekosistem).
Pertanian organik banyak memberikan kontribusi pada perlindungan lingkungan dan masa depan kehidupan manusia. Pertanian organik juga menjamin keberlanjutan bagi agroekosistem dan kehidupan petani sebagai pelaku pertanian. Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga unsur hara, bimassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran.
Bahan alami
Pemanfaatan bahan-bahan alami lokal di sekitar lokasi pertanian seperti limbah produk pertanian sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik seperti kompos sangat efektif mereduksi penggunaan pupuk kimia sintetis yang jelas-jelas tidak ramah lingkungan. Demikian juga dengan pemanfaatan bahan alami seperti tanaman obat yang ada untuk dibuat racun hama akan mengurangi penggunaan bahan pencemar bahaya yang diakibatkan pestisida, fungisida, dan insektisida kimia.
Penggunaan mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik, selain meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, juga akan mengurangi dampak pencemaran air tanah dan lingkungan yang timbul akibat pemakaian pupuk kimia berlebihan. Di samping itu, banyak mikroorganisme di alam yang memiliki kemampuan mereduksi dan mendegradasi bahan-bahan kimia berbahaya yang diakibatkan pencemaran dari bahan racun yang digunakan dalam aktivitas pertanian konvensional seperti racun serangga dan hama.
Dengan kemajuan teknologi, pertanian organik adalah pertanian ramah lingkungan yang murah dan berteknologi sederhana (tepat guna) dan dapat dijangkau semua petani di Indonesia.
Serangga hama dan musuh alami merupakan bagian keanekaragaman hayati. Serangga hama memiliki kemampuan berbiak yang tinggi untuk mengimbangi tingkat kematian yang tinggi di alam. Keseimbangan alami antara serangga hama dan musuh alami sering dikacaukan penggunaan insektisida kimia yang hanya satu macam.
Pertanian organik bukan hanya baik bagi kesehatan, tetapi juga bagi lingkungan bumi. Beberapa ahli pertanian Amerika Serikat yakin pertanian organik merupakan cara baru mengurangi gas-gas rumah kaca yang menyumbang pemanasan global. Laurie Drinkwater, ahli manajemen tanah dan ekologi Rodale Institute di Kutztown, Pennsylvania, AS bersama koleganya membandingkan pertanian organik dengan metode sebelumnya yang menggunakan pupuk kimia selama 15 tahun. Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature (Desember 1998) jika pupuk organik digunakan dalam kawasan pertanian kedelai utama di AS, setiap tahun, karbon dioksida di atmosfer dapat berkurang 1-2%.
Drinkwater mengatakan, pengurangan ini merupakan kontribusi yang sangat berarti. Selain itu negara-negara industri sepakat dalam pertemuan Bumi di Kyoto Jepang untuk mengurangi emisi karbondioksida sampai 5,2% dari tahun 1990 hingga tahun 2008-2012. Dalam penelitian ini juga ditemukan, pertanian organik menggunakan energi 50% lebih kecil dibandingkan dengan metode pertanian konvensional.
Demikianlah, fakta mengungkapkan bahwa sistem pertanian organik adalah pertanian yang ramah lingkungan. Artinya, pelaku sistem pertanian organik telah berusaha tidak merusak dan menganggu keberlanjutan komponen-komponen lingkungan yang terdiri atas tanah, air, udara, tanaman, binatang, mikroorganisme, dan tentunya manusia. Bila kita sudah melakukan ini, termasuk mengonsumsi produk pertanian organik, sejatinya cerminan pribadi Anda yang ramah lingkungan

Bertolak belakangnya pandangan generasi muda terhadap pertanian





      VS     







Negara Indonesia yang dikenal sebagai Negara agraris kini telah luntur, hal tersebut diakibatkan oleh beberapa factor yang mempengaruhinya, diantaranya : lahan Pertanian yang semakin lama terus menyempit dan infrastruktur yang tidak terawat sehigga banyak yang rusak, selain itu Indonesia mempunyai masalah yang sangat serius dalam sumber daya manusia dalam pertanian contohnya di daerah Jawa Barat 40 persen petani rata-rata berusia diatas 50 tahun (Kompas, 4/8/2008). Dari data tersebut para petani sangat mengkhwatirkan dan berharap agar adanya para penerus atau regenerasi selanjutnya yang dapat menjaga dan lebih melestarikan dalam menjalani aktifitas pertanian, yang merupakan sebagai sumber utama bagi penghidupan rakyat Indonesia khususnya di Jawa Barat. Tetapi pada saat sekarang ini para generasi muda sudah sangat teramat jarang untuk memilih bidang pertanian sebagai sumber mata pencaharian mereka.
Bidang pertanian pada umumnya di Indonesia memang belum memberikan nilai tambah yang tinggi baik bagi pendapatan, kesejahteaan serta bagi pengembangan karir. Dengan kata lain, bekerja di bidang pertanian agak sulit memproyeksikan masa depan. Sehingga sulit bagi para pemuda untuk menekuninya karena hal yang tak menjajikan tersebut.

Kebijakan pemerintah di bidang pertanian belum mengarah kepada pembinaan calon-calon agribusinessman yang kreatif. Banyak calon mahasiswa yang belum tahu bagaimana prospek agribisnis jika ditekuni dengan menggunakan kombinasi keilmuan dan keahlian lapangan (manajemen) yang baik. Banyak juga agribusinessman yang bahkan lebih sukses dari mereka yang bekerja di bidang lain.

Secara makro, sektor pertanian memang masih cenderung dianaktirikan dibandingkan sektor industri, jasa, keuangan perbankan, pertambangan, dsb. Petani biasanya dianggap hanya sebagai tukang tanam, tukang pelihara.

Dalam hal ini peran pemerintah sangat berpengaruh, pemerintah selaku pemegang hak tertinggi perintah menentukan dalam hal peningkatan peran pemuda dalam hal pertanian. Peran Kementrian Pemuda dan Olahraga juga perlu ditingkatkan, kementrian ini jangan hanya mengurusi pemuda dalam hal olahraga dan seni saja, tetapi juga harus memasukkan program peningkatan pertanian di Indonesia.

Pada pedesaan generasi muda biasanya dilahirkan dan dibesarkan oleh kaum tani, tetapi tidak jarang generasi muda tersebut enggan dalam melanjutkan profesi orang tua mereka untuk menjadi petani. Mereka lebih cenderung untuk memilih pekerjaan ‘non tanah’ sebagai sumber penghidupan mereka. Sebagaimana misalnya menjadi buruh pabrik, kuli bangunan, atau tukang ojek. Sebagian besar mereka malah berfikiran untuk mengadu nasib dikota-kota besar yang sudah jarang adanya aktifitas pertanian seperti Kota Jakarta, hal tersebut dapat kita lihat pada pasca lebaran yang menyebabkan banyaknya urbanisasi warga desa ke kota.
Selain itu didalam pendidikan, semakin sedikit para lulusan SMA yang memilih pertanian sebagai bidang studi yang mereka jalani. Sebagai contoh Dalam Seleksi nasional masuk perguruan tinggi negri (SNMPTN) tahun ini tersisa 2894 kursi kosong atau sekitar 50 persen pada program studi pertanian dan peternakan di 47 PTN di seluruh Indonesia (Kompas, 1/8/2008). kejadian ini sangat ironi, dimana pertanian yang merupakan sumber utama kehidupan masyarakat Indonesia, kini bidang studinya makin kurang diminati, ironi berlanjut ketika para lulusan perguruan-perguruan tinggi lulusan studi pertanian malah banyak memilih pekerjaan diluar pertanian seperti perbankan, perindustrian dibanding pertanian.
Pemuda dan pertanian tidak dapat dipisahkan karena pemuda berperan penting dalam meningkatkan kreatifitas dalam bertani, tanpa pemuda yang bersemangat dan kreatif suatu negara tidak mungkin akan sukses. Tetapi pada kenyataanya pada zaman saat ini sektor pertanian kurang diminati oleh para pemuda, karena :

1. Bekerja di bidang pertanian dianggap sebagai pekerjaan kasar, kotor dan jorok, bekerja di bawah cuaca panas.

  1. Keadaan ini umumnya dianggap bukan impian ideal para mahasiswa. Biasanya mahasiswa memimpikan bekerja di ruangan ber-ac lengkap dengan komputer dan internet.
  2. Umumnya calon mahasiswa dan mahasiswa sendiri menganggap bekerja di sektor pertanian tidak memberikan pendapatan yang tinggi dibanding bekerja di bidang keuangan perbankan, pertambangan, dsb.


UMY